Media Islam VS Media Pecitraan, Siapa Yang Cari Duit

Tebar Suara | Beredar tulisan di internet yang menuduh situs-situs independen berhaluan "hater pemerintah"yang saat ini beredar dibuat sekedar untuk meraup untung pribadi.
Namun mereka tidak membahas bagaimana pendapatnya dengan keberadaan situs-situs sejenis yang berhaluan "pencitraan" terhadap pemerintah yang juga banyak beredar.
Jika situs-situs yang disebut sebagai hater tersebut tidak pernah eksis melawan opini besar-besaran yang disebarkan oleh situs-situs pencitraan, maka masyarakat akan semakin dibodohi oleh berita-berita "pencuci otak" yang disebarkan oleh situs-situs pencitraan.
Tidakkah mereka tau jika situs-situs pencitraan juga bergerak secara independen dengan mengandalkan penghasilan dari iklan? Atau bisa jadi juga mendapat sokongan donasi dari kalangan tokoh berkepentingan yang mereka "citrakan"?
Tidakkah mereka tau jika situs hater yang mereka maksud selalu berusaha menyajikan artikel membela kepentingan umat muslim dan mayoritas penduduk Indonesia? Relakah mereka membiarkan situs-situs pencitraan selalu menyudutkan umat Islam dengan opini-opini sesat mereka?
Mengapa yang mereka bahas hanya situs-situs hater dan tidak membahas tentang situs pencitraan, kira-kira mereka yang beropini demikian berada di kubu mana? Apakah mereka berusaha menebarkan opini untuk menjatuhkan situs hater, namun membiarkan situs-situs pencitaan tetap eksis meracuni pikiran masyarakat?
Masyarakat dapat berfikir. Sungguhpun situs-situs hater meraup penghasilan dari iklan-iklan mereka. Harusnya kita berterima kasih karena mereka tidak digaji oleh kalangan tertentu, sehingga mereka bebas dari kepentingan dan intervensi politik. Mereka ikut membantu memberikan informasi-informasi tandingan, sehingga masyarakat yang awalnya dicecoki opini sesat dari situs-situs pencitraan mendapatkan perbandingan opini dari situs-situs yang mereka sebut sebagai hater. Biarkan masyarakat yang menilai.
Situs-situs yang mereka sebut hater ikut berperan secara tidak langsung melawan propaganda politik oleh media-media mainstream yang saat ini banyak dikuasai oleh kalangan sekuler dan pro liberalisme.
Tentunya bagi mereka yang pro penguasa akan menuding situs-situs hater sebagai rujukan tidak sahih dan sekedar mencari untung dari viral medsos. Sedangkan media mainstream mereka anggap sebagai rujukan sahih. Padahal situs-situs hater juga mengutip berita dari berbagai media lain dengan tetap mencantumkan tautan ke sumber aslinya.
Situs-situs mainstream seperti kompas.com detik.com merdeka.com dll juga sama halnya mengandalkan penghasilan dari iklan-iklan yang tampil di halaman webnya, disamping juga mendapatkan dana dari pihak-pihak tertentu. Lalu salahkah situs-situs independen juga mengandalkan penghasilan dari iklan? (pm)
Masyarakat dapat berfikir. Sungguhpun situs-situs hater meraup penghasilan dari iklan-iklan mereka. Harusnya kita berterima kasih karena mereka tidak digaji oleh kalangan tertentu, sehingga mereka bebas dari kepentingan dan intervensi politik. Mereka ikut membantu memberikan informasi-informasi tandingan, sehingga masyarakat yang awalnya dicecoki opini sesat dari situs-situs pencitraan mendapatkan perbandingan opini dari situs-situs yang mereka sebut sebagai hater. Biarkan masyarakat yang menilai.
Situs-situs yang mereka sebut hater ikut berperan secara tidak langsung melawan propaganda politik oleh media-media mainstream yang saat ini banyak dikuasai oleh kalangan sekuler dan pro liberalisme.
Tentunya bagi mereka yang pro penguasa akan menuding situs-situs hater sebagai rujukan tidak sahih dan sekedar mencari untung dari viral medsos. Sedangkan media mainstream mereka anggap sebagai rujukan sahih. Padahal situs-situs hater juga mengutip berita dari berbagai media lain dengan tetap mencantumkan tautan ke sumber aslinya.
Situs-situs mainstream seperti kompas.com detik.com merdeka.com dll juga sama halnya mengandalkan penghasilan dari iklan-iklan yang tampil di halaman webnya, disamping juga mendapatkan dana dari pihak-pihak tertentu. Lalu salahkah situs-situs independen juga mengandalkan penghasilan dari iklan? (pm)
Media Islam VS Media Pecitraan, Siapa Yang Cari Duit
Reviewed by Redaksi
Redaksi
20:44:00
Rating:

No comments: