Mencari Keadilan dan Professional Pers Nasional
Oleh: AmriadiAl Masjidiy*
Tebar Suara | Sebelumnya
saya pernah menulis di ACEH TREND dengan judul Pers Yanng TerbelengguKepentingan, sebagai tulisan Special Hari Pers Nasional. Pada kesempatan kali
ini saya mau menulis kembali masalah ini, lantaran banyaknya pers yang lo
bayar gue beritain. Dari hal ini terjadi pemutaran balikan fakta. Salah satunya stasiun televise memberitakan
mujahidin membantai rakyat Suriah (Aleppo).
Televisi ini jelas memiliki motif kepentingan, jelas ada uang dibalik berita. Masalah pembantai Aleppo di Suriah tidak
terlihat di Televisi, yang ada Cuma pemutar balikan fakta. Kejadian Aleppo sesungguhnya adalah pembantaian
rakyat oleh Rezim Syiah. Sebabnya jelas karena mereka Islam, bukan Syiah.
Ketika ada
media Nasional semisal Tempo menulis hanya 4 orang korban, BBC malah menulis
yang sesungguhnya yaitu ratusan rakyat Aleppo dibantai dengan banjir darah. Sangat jelas
sekali dimana letak Tempo dengan BBC yang jelas dikendalikan seluruhnya oleh
kafir.
Bukan hanya
dalam kasus Internasional, kasus nasional juga mereka permainkan. Parade Tauhid
di Solo kemarin ada gak beritanya di Televisi atau di media nasional seperti
Tempo. Hal ini tidak mungkin ada, karena
tidak ada nilai jual yang tinggi. Jika pun ada namun kepentingan harus yang
pertama. Karena kepentingan ada di tangan pemilik modal. Siapa yang modalnya
besar dialah yang mengendalikan media itu.
Maka keadilan
pers di Indonesia tidak pernah adil dalam pemberitaan. Sementara dari itu hadir
juga media-media online yang dikendalikan oleh perorangan atau kelompok
tertentu. Mereka juga membawa misi yang berbeda. Media Islam garis tegas akan
memprjuangkan nilai-nilai keislaman dan membackup pemberitaan yang menyudutkan
Islam.
Kelompok liberal
juga membawa misi asing untuk menghancurkan negeri ini lewat kedok keislaman. Jadi
kalau ada yang mengatakan media Islam itu hanya pencari uang, hal ini tidak
pernah benar. Justru media pencitraan dan liberal yang sudah sangat jelas mencari uang dan memberitakan
sesuai dengan kapasitas uang.
Profesionalitas
media sekarang sungguh dipertanyakan. Kasus diatas mungkin belum cukup bagi
sebagian media yang saya ketahui ada yang benar-benar pro rakyat. Namun mereka
sedikit pengunjung atau peminat. Lantaran penikmat berita sekarang mengiginkan
yang pro kontra atau mengandung unsur yang serius.
Masalah professional
media saya sering kali melihat media
dalam memberitakan kasus
rakyat kecil. Misalnya terjadi pencurian, anaknya disamarkan ayahnya di
terangkan. Kasus lain namanya di samarkan alamatnya di tulis dengan jelas
sampai RT/RW dan bahkan nomor rumahnya. Model berita seperti
ini akan sama saja dengan tidak menyamarkan karena pembaca pasti tau kalau ini kasus si A atau si B.
Jadi jelas bahwa pers kurang professional dalam memberitakan rakyat kecil.
Permasalahan kembali
terjadi, berita yang sudah ditulis oleh Media A kemudian di Copy Paste oleh
Media B. Sehingga Berita yang kurang professional tadi tersebar kemana-mana. Apalagi
sekarang Media Copy Paste sangat banyak. Media-media ini juga terkadang tidak
memiliki kode etik dalam menulis sumber, dan bahkan sering kali tidak menulis
sumbernya.
Ada juga yang
menyingkat sumbernya, misalnya Serambi Indonesia di singkat dengan SI, Suara
Islam juga sama menyingkat dengan SI atau Suara Independen juga menyingkat
dengan SI. Jadi SI yang mana yang dimaksud. Contoh lainnya TS di singkatan dari
Teropong Senayan, Tebar Suara juga menyingkat dengan TS. Jadi TS mana yang
dimaksud. Inilah yang harus dipertegas dalam menyingkat sumber berita. Sebaiknya
menulis yang lengkap dan ini sangat terkesan kejujuran dan professional.
Di akhir
tulisan ini saya sangat mengapresiasikan kepada media yang menjujung tinggi
kode Etik Jurnalistik, Professional, dan Pro Rakyat. Kita sangat membutuhkan
media yang semacam itu, karena pers yang cerdas akan menuju bangsa yang cerdas.
Pers ambal-ambalan akan melahirkan generasi bangba yang lebih dari media itu. Terkadang
media yang memberitakan berita yang tidak main-main namun gajinya main-main. Ada
juga media yang beritanya atau Talk Shownya main-main namun gajinya tidak
main-main. Maka dari itu mari
dukung media-media Islam yang menjung tinggi kepentingan rakyat dan beretika
dalam memberitakan.
*) Pimpinan
Umum Tebar Suara
Mencari Keadilan dan Professional Pers Nasional
Reviewed by Redaksi
Redaksi
10:06:00
Rating:

No comments: