Perpecahan Warga Malaysia Menajam, "Pribumi VS China"

Tebar Suara | Gerakan Bersih 4.0, gabungan kelompok oposisi pemerintah Malaysia, berhasil menggelar unjuk rasa besar sebelum perayaan hari kemerdekaan 29 Agustus lalu. Sedikitnya 100 ribu orang terlibat dalam pawai yang dihelat serentak di Kuala Lumpur, Kuching, serta Sabah itu.
Tuntutan para peserta demonstrasi Bersih 4.0 adalah mundurnya Perdana Menteri Najib Razak karena terbelit dugaan korupsi. Koordinator lapangan gerakan berciri khas baju kuning ini adalah tokoh-tokoh Pakatan Rakyat, alias partai oposisi di Negeri Jiran. Salah satunya Maria Chin Abdullah dari Partai Aksi Demokratik (DAP).
Selang tiga pekan, muncul unjuk rasa tandingan. Kali ini, ribuan warga mengatasnamakan pendukung PM Najib. Channel News Asia melaporkan, pada Rabu (16/8) Federasi Silat Nasional (Pesaka) serta ratusan organisasi lain mengusung tema 'Anti-Bersih'. Massa memakai baju merah, untuk membedakan dari kubu kaus kuning yang menuntut Najib mundur.
Berbeda dari unjuk rasa Bersih 4.0 yang tidak mendapat izin polisi, gerakan kaus merah ini ternyata didukung kepolisian Malaysia. Inspektur Jenderal Polisi, Khalid Abu Bakar mengatakan kelompok 'Anti-Bersih' sudah memenuhi semua persyaratan untuk menggelar demonstrasi.
Rombongan 'Anti-Bersih' dalam pawainya membantah bila Najib terlibat kasus korupsi dana USD 700 juta dari perusahaan pelat merah 1MDB. Persoalannya, bukan sekadar membela pemerintah, rombongan pengunjuk rasa meneriakkan slogan-slogan menyudutkan etnis Tionghoa. Banyak peserta demo membawa papan bertuliskan 'Menolak campur tangan asing'.
Gerakan Bersih 4.0, bagi kubu kaus merah, adalah oposisi yang diisi etnis China, India, dan bukan pribumi. Tegangan politik pun tak lagi soal korupsi pemerintah, tapi beralih menjadi sentimen SARA.
Sudah lama Malaysia tak mengalami tegangan rasial sekasar ini. Salah satu insiden paling dikenang tentu saja kerusuhan antara etnis Melayu yang menyerang minoritas Tionghoa, berujung pada berpisahnya Singapura dari Federasi Malaya pada 1965.
Dalam imajinasi demonstran kaus merah, perlambatan ekonomi Malaysia, upaya menggoyang Najib, serta berbagai masalah lainnya selama beberapa bulan terakhir adalah intervensi asing. Siapa asing itu? Sasarannya terutama etnis China di Negeri Jiran.
Pemimpin Aksi Kaus Merah, Jamal Yunos, seperti dilansir Aljazeera, tidak membantah bila ada tendensi tuntutan mereka berbau SARA. Dia pun membenarkan bila kubunya membela pemerintah karena kepentingan pribumi, dalam hal ini warga etnis Melayu, mulai diganggu. "Jangan ganggu hak-hak pribumi Malaysia," ujarnya.
Poster-poster kubu Anti-Bersih pun spesifik menyerang DAP, sebagai parpol yang diisi banyak warga keturunan Tionghoa. Saat memimpin pawai, Yunos pun meneriakkan slogan-slogan kebencian pada warga Tionghoa, 25 persen total populasi Malaysia.
"Bersih 4.0 adalah konspirasi orang China untuk menghinakan pemimpin Melayu," tandasnya.
Di Kelantan, kelompok Kaus Merah sampai membakar boneka berkaus kuning yang disebut kelompok kafir.
Kepala Komnas HAM Malaysia, Hasmy Agam, mengaku khawatir melihat perpecahan warga di negaranya menajam karena isu ras. Bukan tidak mungkin perpecahan politik bisa menyerupai konflik di Thailand, yang mana warga juga terbagi dalam kubu kaus kuning dan kaus merah.
"Isu ini sangat mudah berkembang menjadi kebencian ras, yang bisa berujung pada diskriminasi serta kekerasan," kata Agam.
Pengamat Malaysia dari European University Institute, Sophie Lemiere, melihat munculnya kubu kaus merah merupakan tanda pemerintah Malaysia melemah. Selama 60 tahun dominasi etnis Melayu belum pernah ditekan seperti sekarang.
"Ini untuk pertama kalinya pemerintah perlu menggerakkan massa untuk menunjukkan kekuatan," ungkapnya.
Najib adalah pemimpin Barisan Nasional (UMNO) partai yang berkuasa sejak Malaysia berdiri. Di luar kasus yang membelit Najib, pemerintah memang sedang ditekan atas banyak isu. Utamanya perlambatan ekonomi parah yang memukul warga miskin Negeri Jiran.
Azrul Moh Khalib, salah satu aktivis sosial, tidak ingin negaranya terpecah karena isu sosial. Dia mengaku akan mengajak warga menggelar piknik bersama gabungan antar etnis. (Pos Metro) [tebarsuara.com]
Perpecahan Warga Malaysia Menajam, "Pribumi VS China"
Reviewed by Redaksi
Redaksi
16:30:00
Rating:

No comments: