Hingga 2016: Teknologi atau Allah Tuhannya?
Oleh: Hendy Harnio Pratama*
Tebar Suara | Sebuah Revolusi dalam kemajuan industri secara masal pada abad ke 19 ditemukan oleh gabungan dua evolusi. Pertama merupakan perkembangan dalam sistim produksi, kemudian dilanjutkan dengan teknologi elektronika. Dua buah pemikiran ini diikuti tenaga industrialisasi yang menyebar di banyak negara Eropa dan Amerika Utara.
Belajar dari kenyataan inilah negara-negara seperti Rusia, Skandinavia, Eropa Timur serta Jepang tergerak untuk melangkahkan industrinya ke depan
Saat ini seluruh dunia melihat kawasan Asia Pasifik, termasuk Indonesia sebagai jantung ekonomi dunia. Angka-angka pertumbuhan ekonomi di antara negara-negara Asia Pasifik telah memuat seluruh dunia.
Pada beberapa tahun terakhir dunia ini memang telah menunjukkan perkembangan teknologi pesat. Gerakan-gerakan riset di dunia telah memacu kecepatan perkembangan teknologi. Bila pada beberapa abad yang lalu diperlukan sekian banyak manusia dari generasi ke generasi untuk menyelesaikan sebuah bangunan seperti mesjid dan bangunan megah lainnya, maka sekarang motor utama penggerak untuk membangun sesuatu yaitu teknologi.
Antusiasnya manusia terhadap teknologi telah membuat manusia terhadap Allah semakin tak berarti dimata manusia yang dimana Allah adalah pemilik segala yang ada dikehidupan.
Apabila Al-Quran ada selalu didalam hati manusia, sudah pasti mereka akan mengetahui siapa Allah sebenarnya, baik secara tertulis ataupun sebagai sejarah. Untuk merenungkan kenyataan ini kita bisa membaca dalam Al-Quran misalnya, yang menyatakan bahwa Allah adalah Pencipta alam semesta ini.
Di sisi lain, Al-Quran juga memberikan pengetahuannya mengapa manusia diberi kemampuan mengembangkan iptek. Manusia diciptakan sebagai pribadi yang sempurna jiwa raga. Allah pun sangat menghargai ciptaan-Nya sebagai suatu pribadi dan bukan sebagai mesin atau robot biarpun manusia selalu lalai dalam menunaikan kewajiban kita terhadap-Nya. Namun demikian tetap harus dicatat bahwa alam semesta yang diciptakan Allah memiliki nilai, jauh diatas produk teknologi yang secanggih apapun.
Meski dalam sejarah peradaban penciptaan alam semesta dan manusia, Allah tidak mengembangkan teknologi, namun janganlah pernah lupa, hanya Allah yang menciptakan teknologi bagi kehidupan manusia yang kemudian diserahkan ke manusia itu sendiri untuk apa teknologi itu dipergunakan.
Namun hal yang perlu kita selalu tahu bahwa manusia tidak pernah luput dari yang namanya kesalahan, sebaik-baik manusia, pasti ada kejelekan yang tidak tampak atau tampak. Apabila manusia pandai dalam mengaplikasikan dan memperbarui teknologi lebih baik dalam penggunaannya yang sifatnya positif, tentu akan membuat hubungan dengan manusia maupun Allah akan baik, hal seperti itu bila terjadi tentu akan membawa harapan-harapan baru bagi kesehatan dan kehidupan yang lebih baik bagi manusia itu sendiri.
Dengan kemajuan teknologi di bidang informasi contohnya, telah mempermudah komunikasi manusia dan masyarakat antar kota, antar pulau, bahkan antar benua dengan produk teknologi seperti telepon, fax, komputer ataupun yang lain sifatnya universal.
Dari contoh-contoh ini bisa disimpulkan bahwa kemajuan teknologi akan terus mengubah etika kehidupan manusia dan masyarakat. Hal itu seringkali menimbulkan konflik bagi manusia khususnya yang percaya pada Allah, yang pada akhirnya harus meneruskan pilihan, apakah mereka harus mengupgrade teknologi agar terus update tapi melupakan Allah, atau mereka fokus pada daya saing teknologi yang semakin maju tapi melupakan Sang Pencipta-Nya. Berpegang teguh pada Al-Quran dan Hadits Nabi, insyaa Allah semua akan diberikan petunjuk ke arah yang lurus.[Acehtrend.co]
*) Mahasiswa Jurusan Sosiologi FISIP Universitas Syiah Kuala.
Hingga 2016: Teknologi atau Allah Tuhannya?
Reviewed by Redaksi
Redaksi
19:10:00
Rating:
No comments: