Islam dan Politik Tidak Bisa Dipisahkan

Tebar Suara | Banyak ulama terdahulu yang mengulas dalam kitab-kitanya tentang politik yang bertujuan untuk melahirkan sebuah sistem pemerintahan yang baik secara menyeluruh. Walau kupasannya berbicara dalam konteks teokrasi, namun pengetahuan yang dipaparkan, tetap bisa diterapkan dalam bingkai demokrasi.

Hal ini disampaikan oleh Tu Sop, dalam tausyiahnya pada kegiatan halal bil halal yang digelar di Hotel Djarwal, Minggu (10/7/2016), yang dihadiri oleh tamu undangan dari berbagai komponen.

Dalam kesempatan itu, Tu Sop menyebutkan, Islam adalah agama yang tidak bisa dipisahkan dari politik. Karena agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw, bukanlah sebuah dien yang sekedar membahas soal peribadatan.

Islam, tambah Tu Sop, merupakan sebuah agama yang juga mengatur tentang ekonomi, hubungan sosial, hukum, ibadah, politik, sains dan lainnya.

Sayangnya, pasca Snouck berhasil memutilasi Aceh di era lampau, pengetahuan Islam rakyat Aceh menjadi terbelah. Salah satu ajaran Snouck yang cukup sukses adalah, menanamkan pemahan bahwa agama (Islam) dan politik tidak bisa disatukan.

“Ini bentuk kesuksesan orientalis dalam mengobok-obok Aceh. Akibatnya sudah kita rasakan dewasa ini,” ujar Tu Sop.

Hari ini terkesan bahwa politik adalah dunia yang kotor dan hanya boleh diisi oleh orang kotor dan tidak bermoral. Seakan-akan dunia politik adalah sebuah dunia yang tidak mengenal halal dan haram.

“Padahal semua sektor kehidupan masyarakat diatur oleh politik. Bidang kesehatan, hukum, ekonomi, pendidikan, diatur oleh politisi yang bermain di dunia politik. Baik dan buruk ditentukan oleh kualitas manusia yang ada di dalam dunia itu,” imbuh Tu Sop.

Muhazir Birly, ketua panitia halal bil halal menyebutkan, kegiatan ini murni acara temu ramah biasa antara pemuda dan lintas sektor lainnya dalam rangka menjalin silaturahmi. (aceHTrend) [tebarsuara.com]